Penyesalan Bertubi (The Lost Kingdom Ride)

Setelah perhelatan dalam rangka memperingati hari Batik Nasional dengan menggelar bersepeda bersama di sepanjang jalur SSA (Keliling Kebun Raya Bogor), B2W Korwil Bogor melanjutkan bersepeda mengunjungi situs-situs bersejarah di Kota Bogor dipandu teman-teman dari @baikheritage.id. Ada 2 kelompok dengan masing-masing 10 peserta yang dikawal oleh 1 orang RC dan 1 orang marshall dari @baikheritage.id yang memastikan perjalanan kami aman dan nyaman. Mengingat yang mengikuti perjalanan ini adalah para pesepeda yang saya anggap "jago", saya memutuskan memakai sepeda listrik dengan meninggalkan sepeda lipat kuning b2w kesayangan. Keputusan ini akhirnya jadi penyesalan pertama.

Pengarahan oleh teman-teman @bikeheritage.id ~ @afroindayana

Biasanya, perjalanan yang menempuh jarak kurang lebih 9km ini dimulai pada pukul 6.30 dari titik kumpul Aer Mantjur Huis. Namun khusus untuk memperingati hari batik yang masih sinergi dengan heritage, maka teman-teman dari @baikheritage.id bersedia untuk terlebih dahulu mengikuti acara Batik Ride sebelum memandu kami untuk The Lost Kingdom Ride.

Kami memulai perjalanan dari Tugu Kujang yang biasanya memang menjadi destinasi pertama. Di samping Tugu Kujang terdapat Tepas Lawang Salapan Dasakreta yang di bagian atasnya terpahat semboyan dinu kiwari ngancik nu bihari, seja ayeuna sampeureun jaga, apa yang kita rasakan saat ini adalah warisan masa lalu dan apa yang kita lakukan saat ini adalah warisan untuk generasi yang akan datang. 

Berangkat dari semboyan tersebut seolah mata batin sejarah kami mulai terbuka. Di Kota Bogor pernah berdiri ibukota kerajaan Pakuan Pajajaran yang wilayahnya melingkupi sebagian besar Jawa Barat. Dayeuh Pakwwan Pajajaran atau Dayo Pakwan Pajajaran menurut penjelajah Portugis Tome Pires yang menemukan wilayah ini pada awal abad ke-16. Dayeuh dalam bahasa Sunda adalah ibukota. 

Dalam penelitiannya Pires menyatakan di wilayah ini tempat tinggal raja-raja Pajajaran dimana cakupan kekuasaannya pada saat itu mencakup seperdelapan sampai sepertiga wilayah pulau Jawa. Cukup banyak keterangan tentang kerajaan yang berdiri pada abad ke-15 sampai abad ke-16 pada saat kita berselancar. Saya akan menuliskan seputar kesejarahan pada perjalanan kemarin saja karena jika diulas sejarah Bogor secara keseluruhan akan sangat panjang.

Angkat bike

Setelah tugu kujang rombongan bergerak ke arah jalan Bangka untuk mencapai daerah Pulo Geulis. Disini mulai penyesalan membawa sepeda dengan baterai. 

Untuk merasakan sensasi kota tua, kami diajak menuruni dan menaiki undakan tangga, menyeberangi sungai Ciliwung menyusuri gang berliku menuju ke Vihara tertua di kota Bogor. Mau tak mau sepeda kami tuntun sedikit digotong menuruni tangga. Bersyukur adik-adik @baikheritage.id baik hati dengan membantu mengangkat sepeda saya.

Vihara Phan Ko Bio

Penjelasan tentang petilasan Kelenteng Pan Kho. Persatuan yang unik antara kerajaan Hindu, Penyebaran agama Islam dan Vihara.

Vihara Pan Kho Bio (1702) adalah titik awal penelusuran the lost kingdom. Vihara tertua di Kota Bogor ini sebelum menjadi kelenteng merupakan tempat peristirahatan raja-raja Pajajaran mulai dari Prabu Siliwangi (1482-1521) sampai Prabu Surya Kancana (1567-1579). Selain petilasan kerajaaan, terdapat juga makam penyebar agama Islam Mbah Imam di dalam bangunan kelenteng. 

Sejak dulu tempat ini merupakan titik strategis sehingga ketika kawasan ini berkembang menjadi pecinan maka dibangun kelenteng di tempat yang sama. Karena itulah Kelenteng Pan Kho menjadi tempat istimewa karena menunjukkan persatuan dalam perbedaan. Selain warna merah dan emas sebagai ciri khas sebuah kelenteng, terdapat payung susun tiga sebagai tanda kerajaan Pajajaran dan tempat untuk beribadah agama Islam (musholla) yang bahkan sampai saat ini masyarakat sekitar masih melaksanakan tawasulan setiap malam Jumat di dalam Kelenteng Pan Kho.

Selesai mengamati uniknya bangunan kelenteng dan carbo loading kue-kue basah dengan cungkring sebagai primadonanya dari teman-teman pengusaha UMKM, perjalanan dilanjutkan menyusuri gang menembus Jl. Roda lalu masuk gang kembali menembus Jl. Suryakencana. 

Tarik nafas sebentar setelah menggotong sepeda karena kembali ketemu undakan dengan menikmati es jahe atau lebih dikenal dengan bir pletok persis di mulut gang. Sambil menikmati bir pletok yang segar, saya membayangkan jika undakan-undakan yang tadi dilewati dilengkapi dengan jalur sepeda seperti yang ada di tangga Stasiun MRT Lebak Bulus atau dibuat jalur paten yang menempel ke dinding dipastikan akan sangat membantu dan tidak akan dilewati motor yang pengendaranya cenderung nekat.

Tuntun Bike di akses Jl. Roda - Jl. Suryakencana

Mulai jalan Suryakencana yang cukup crowd apalagi di hari Sabtu-Minggu, kami mulai agak berjarak. Bersepeda paling aman di jalan seperti ini memang bertanggung jawab atas keselamatan sendiri tanpa harus selalu beriringan apalagi membentuk pleton. Selain ramai, jalan ini menanjak terus hingga ke destinasi berikutnya yaitu Gerbang masuk ke Dayo Pakwan Pajajaran atau yang dikenal dengan Lawang Gintung di sekitar Jl. Siliwangi. Saya mulai mengurutkan. Jalan Suryakencana, jalan Siliwangi, seterusnya Lawang Gintung, lalu Jalan Batutulis semua sudah menandakan kekuasaan masa silam. Penyesalan berikutnya, kenapa saya baru menyadarinya sekarang?

Jalur satu arah mengambil sisi kanan sebelum berbelok ke Jl. Lawang Gintung 

Jalan terus menanjak menuju ke Jl. Lawang Gintung. Perhentian berikutnya adalah titik tertinggi di Kota Bogor (masih dalam penelusuran) yang berada tepat di depan situs Purwakalih. Pleyte mempublikasikan tentang situs ini pada tahun 1911. Situs yang terdiri dari 3 buah patung dengan tinggi sekitar 60cm diberi nama Purwa Galih, Galap Nyawang dan Kidang Penanjung, dipercaya sebagai tanda masuk 5 bangunan keraton kerajaan Pajajaran Bima, Punta, Narayana, Madura dan Suradipati (keraton induk). Dari sisi pertahanan, untuk menahan serangan dari kerajaan lain, dibangun benteng berupa parit yang dipercaya berlokasi di sekitar jalur rel kereta api mulai dari Empang hingga stasiun Batutulis.

Titik tertinggi Kota Bogor (dalam penelusuran)

The Lost Kingdom of Dayo Pakwan Map

Situs Purwakalih

Tak jauh dari situs Purwakalih terdapat situs Batutulis. Situs ini berupa Batu yang ditulis oleh Surawisesa (1521-1535) yang menggambarkan ungkapan kesedihan dan penyesalan seorang anak yang tidak bisa mempertahankan kejayaan pada masa kepemimpinan ayahnya Sri Baduga Maharaja Ratu Haji (Prabu Siliwangi) karena wilayah kerajaan Pajajaran semakin berkurang akibat serangan dari kerajaan Islam. Pembuatan prasasti ini bertepatan dengan peringatan 12 tahun kematian Prabu Siliwangi yang pada saat itu waktu 12 tahun menandakan putusnya sukma mendiang dengan dunia. 


Situs Batutulis, batu Lingga, Astatala dan Padatala.

Isi prasasti dapat diterjemahkan: “Semoga selamat. Inilah tanda peringatan (untuk) Prabu Ratu almarhum, dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja ratu penguasa di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) di Pakuan. Dia anak Rahyang Dewa Niskala yang mendiang di Gunatiga, cucu Rahyang Niskala Wastu Kancana yang mendiang di Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan gunung-gunungan, mengeraskan (jalan) dengan batu, membuat hutan samida, membuat Sanghiyang Talaga Rena Maha Wijaya. Ya dialah (yang membuat semua itu). (ditulis) Dalam tahun Saka lima-pandawa-pangasuh-bumi.” 

Disamping batutulis terdapat batu tapak tangan (astatala) dan batu tapak kaki (padatala) Surawisesa serta batu Lingga sebagai tongkat pusaka kerajaan lambang kekuatan dan kesuburan. Namun ada juga yang menyebutkan batu lingga ini sebagai penggambaran sosok Prabu Siliwangi dan batutulis sebagai penggambaran sosok Surawisesa.

Cukup lama kami berdiskusi tentang sejarah dimana dibicarakan bahwa Kawasan kebun Raya Bogor adalah Leuweung (hutan) Samidha yang merupakan upaya kerajaan Pajajaran (Prabu Siliwangi) mengumpulkan berbagai jenis tanaman dari seluruh wilayah nusantara sebelum ditemukan Raffles dan dijadikan hutan penelitian. Jalan Daendels juga merupakan pengerasan dari jalan yang telah ada. Bahwa pusat pemerintahan biasanya dekat dengan sungai. 

Pada zaman dahulu, sungai Ciliwung merupakan sarana transportasi yang dipakai untuk mengunjungi wilayah Bogor dari Jakarta dan sebaliknya, terbayang seberapa luas ukuran sungai pada zaman dahulu. Dan daerah jalan Suryakencana menjadi pusat perdagangan hingga kini berdasarkan penamaan wilayah dengan sebutan Bondongan yang berarti barang-barang yang dipanggul serta banyak lagi.

Walaupun masih betah di situs Batutulis, perjalanan harus kami lanjutkan. Kali ini tujuan kami adalah Situs Ranggapati. Situs ini berada di area terbuka yang cukup luas dikelilingi tanaman jati. Situs ini cukup terawat dan dikelola secara pribadi oleh pemilik tanah. Apresiasi tinggi buat beliau karena ikut melestarikan peninggalan budaya. Ranggapati merupakan orang kepercayaan Prabu Siliwangi. Tempat ini dipercaya sebagai tempat berkumpul para leluhur semacam aula atau tangsi pertahanan.

Situs Ranggapati


Foto keluarga di area Situs Ranggapati.

Lanjut gowel lagi ke situs selanjutnya, kembali memasuki jalan sempit untuk menuju Situs Batu Dakon atau congklak. Bentuknya memang berlubang-lubang seperti alat permainan dakon/congklak dan dipercaya dulu digunakan sebagai alat pelengkap upacara. Berbeda dengan situs-situs sebelumnya, area situs ini terlihat perlu perawatan lebih agar situs ini tetap dapat dilihat untuk mengingatkan kita dan generasi ke depan akan sejarah masa lampau.

Situs Batu Dakon

Petunjuk arah, perlu untuk Situs Batu Dakon yang tersembunyi

Tak jauh dari sana kami tiba di destinasi terakhir yaitu makam Raden Saleh Sjarif Bustaman (1811- 23 April 1880), seorang Maestro. Lukisannya yang terkenal adalah tentang penangkapan Pangeran Diponegoro. Seorang Nasionalis pada zamannya dan berjuang dengan lukisan-lukisannya. Beliau lebih dikenal di Eropa karena ada indikasi beliau diasingkan dan lebih lama tinggal disana. Kepercayaan beliau bahwa di daerah Bogor adalah Dayeuh Pakuan Pajajaran membuat beliau ingin dimakamkan di pusat kerajaan Pajajaran dan disitulah beliau bersemayam. Presiden Soekarno lalu memerintahkan arsitek Silaban untuk memugar area makam menjadi sebuah pemakaman yang pantas bagi seorang maestro dan baru-baru ini dibuatkan bangunan yang semakin memperlihatkan penghargaan bagi perjuangan beliau. 

Makam Raden Saleh dan istri Raden Ayu Danurejo.

Kata-kata yang menghargai jasa Raden Saleh dibuat oleh orang yang memperbarui makam beliau.  

Penjelasan tentang sosok Raden Saleh

Luar biasa perjalanan kali ini. Olahraga dan olahrasa. Penyesalan terakhir adalah kenapa baru sekarang saya benar-benar datang untuk melihat secara langsung peninggalan-peninggalan masa lalu yang menunjukkan kejayaan bangsa sendiri. Banyak hal yang kemudian memancing pertanyaan saat kami melihat kondisi situs-situs yang berbeda yaitu tentang perhatian pihak berwenang. Ternyata persoalannya tidak sederhana. Tersebarnya situs di banyak tempat yang masih perlu ditelaah lebih lanjut, lokasi situs yang berada di lahan pribadi yang tidak mudah untuk dipindahtangankan atau sebatas dialihfungsikan, kemudahan akses, khususnya bagi pesepeda seperti jalur sepeda yang bisa disalahgunakan dipakai jalan motor. Hal-hal tersebut membutuhkan perhatian banyak dan biaya yang tidak sedikit. Dengan semakin banyaknya pengunjung diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa perhatian pihak berwenang bahwa keberadaan tempat-tempat yang bisa dikunjungi dapat lebih terpelihara dan ke depan semakin banyak situs yang bisa dikunjungi untuk menguak misteri sejarah Pajajaran khususnya.

B2W korwil Bogor berharap dapat bekerjasama lebih lanjut dengan @baikheritage.id dan kota Bogor pada umumnya untuk memberi edukasi tentang bersepeda dan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan bersepeda seperti tempat parkir sepeda di area situs yang dikunjungi. Semoga niat baik ini dapat segera diwujudkan. 


Happy Cyclists! 

We are:
@b2w_indonesia @gowelbogor @baikheritage.id @travelbike.id @megap_megap_cycling_club @ekotifa.id @bogorhistoria
Guide team:
Marshall: @satriasarkas @ichfarjaffar
Guide: @harvin.hh @sdendif12
Interpreter: @afroindayana @_yonns
Photo by: @doddy_wd @_yonns



#b2w #biketowork #b2wbogor #gowelbogor #wisatabersepeda #bersepedauntukindonesia #pesepedabogor #sejarahbogor #thelostkingdom #pakuanpajajaran #kotabogor #disbudparkotabogor





Comments

ASEP SAEPUDIN said…
Keren misel. Penyesalan saya adalah kenapa baru baca sekarang tulisannya. Sangat mengedukasi tentang kesejarahan pakuan. Thanks

Michelle Lee said…
siappp bos, terimakasih sudah mampir

Popular Posts