Memutar Waktu.



Sudah lebih dari sebulan ayah Ilham bertugas di daerah lain. Buat Ilham ini adalah pengalamannya yang pertama jaun dengan ayahnya. Sejak hari pertama keberangkatan ayahnya, setiap pagi Ilham selalu bertanya 'ayah dimana'.

Minggu lalu ayah Ilham berkesempatan pulang beberapa hari. Selama itu juga Ilham tidak mau jauh dari ayahnya. Kemanapun ayahnya pergi, Ilham pasti ingin ikut, sampai-sampai ketiduran di warnet waktu ayahnya surfing. Saking capek setiba di rumah Ilham tidur lagi sehingga waktu ayahnya akan menghadiri launching @america di Jakarta, Ilham tidak tahu. Alhasil ketika Ilham bangun dan mendapati ayahnya tidak ada, Ilham menagis meraung-raung dilanjutkan dengan rengekan panjang yang baru berhenti setelah ayahnya telpon dan acara sketsa kesayangannya tayang... Fiuuuhhh..

Pagi sebelum berangkat ke bandara pelan-pelan saya bangunkan Ilham dan bilang kalau ayahnya akan berangkat kerja jauh lagi. Tidak seperti malam sebelumnya, kali ini Ilham hanya diam sambil mengikuti gerak-gerik ayahnya yang sibuk bersiap-siap dengan tatapan matanya. Sampai ketika berangkat pun Ilham dengan tabah melambaikan tangan, kelihatan benar ia berusaha sangat kuat merelakan ayahnya pergi lagi.

Seharian itu sepertinya Ilham tak ingat ayahnya. Namun pada saat Maghrib ketika semua sedang bersiap untuk sholat, Ilham naik ke bangku dan mulai memutar jarum jam dinding. Neneknya yang melihat itu lantas bertanya:
"Ilham kenapa jarumnya diputer-puter?"
"Biar cepet jam 7, Nini," kata Ilham sambil terus memutar jarumnya.
"Emang kenapa harus jam 7?" Neneknya bertanya lagi, saya ikut memperhatikan jawaban Ilham karena ingin tau juga.
"Iya Nini, biar ayah cepet pulang, kan ayah pulangnya jam 7.." Kata Ilham menjawab dengan polosnya.
Kami yang mendengar jawaban itu otomatis tertawa sambil terselip perasaan bangga, nalarnya sudah sampai pada 'mempercepat waktu'.

Comments

Popular Posts