Minuman Berkarbonasi dan Kesehatan.

Judulnya saya buat sama dengan tema Seminar Sehari pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014 bertempat di IICC (IPB International Convention Center) yang dihadiri oleh guru se kota Bogor serta teman-teman Pasca Sarjana IPB jurusan Pangan dan Gizi. Hadir ke acara ini dengan pemahaman awal yaitu minuman berkarbonasi berbahaya bila dikonsumsi terlebih oleh anak-anak atau orang yang sudah 'agak' berumur seperti saya karena kandungan gula dan zat lain yang terkandung didalamnya.

Namun ketika PT. Dhimas Joudan Janai sebagai Consulting Company on Food, Nutrition ans Health selaku penyelenggaran menggandeng Coca-Cola Company sebagai sponsor utamanya, tentu rasa penasaran saya tak berkurang dengan adanya pertanyaan di kepala, "so, dimana letak baiknya minuman berkarbonasi?".



Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS



Pembicara yang diundang merupakan para pakar di bidangnya. Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bagian Biokimia Pangan-Institut Pertanian Bogor.






Dr.Ari Fahrial Syam

Pembicara kedua tak kalah dahsyatnya, dimana gelarnya lebih panjang dari namanya: Dr.dr. H. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (@DokterAri), yang aktif di Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM dan sekjen PB. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia.






dr. Rachmad Wishnu Hidayat, Sp. KO.

Yang terakhir terlihat dari perawakannya yang sehat, beliau sangat berdedikasi terhadap pekerjaannya sebagai dokter yang mendalami spesialis Kedokteran Olehraga: dr. Rachmad Wishnu Hidayat, Sp. KO.








Apakah minuman berkarbonasi itu?

Pertanyaan ini terjawab pada sesi pertama dimana pembicaranya adalah Prof. Dr. Ir. Made Astawan. sebagai ahli di bidang pangan Prof. Made (begitu beliau biasa dipanggil) menjelaskan secara gamblang bahwa sebenarnya minuman berkarbonasi itu berasal dari H2O + CO2 --> H2CO3 (asam karbonat) atau yang sering kita sebut minuman berkarbonasi atau soda. Gas CO2 'dipaksa' masuk ke dalam air (H2O) dan dijebak didalamnya. Ternyata tehnik 'menjebak' CO2 dalam minuman ini dipelopori oleh Joseph Priestly (Inggris) pada tahun 1770 yang memasukkan CO2 ke dalam air suling.


Sudah semestinya H2CO3 memiliki rasa yang asam, sementara rasa 'menggigit' atau 'nyereng' kata orang Sunda dihasilkan dari kombinasi H2CO3 dan rasa manis yang ditambahkan ke dalam minuman. Perisa manis dalam minuman soda adalah bahan-bahan yang aman digunakan sebagai perisa, karena pemakaiannya telah melalui serangkaian uji coba dan lolos uji BPOM.

Yang menarik banyak fakta yang ternyata tidak pernah kita fikirkan sebelumnya. Awalnya saya fikir kadar gula dalam minuman berkarbonasi yang berbahaya, namun ternyata setelah diteliti kandungan kalori dalam orange juice dengan kadar gula yang sama yaitu 28(g), ditemukan dalam 250ml minuman soda hanya terdapat 105 (kkal) sedangkan dalam 250ml orange juice terdapat 120 (kkal).

Lalu bagaimana dengan kandungan kafein yang (katanya) juga terdapat dalam minuman berkarbonasi terutama yang berperisa karamel. Setelah (lagi-lagi) diteliti, ternyata kandungan kafein dalam minuman berkarbonasi dibandingkan dengan teh dan kopi dalam takaran yang sama adalah; 1:2:4 atau dengan kata lain kandungan kafein pada minuman berkarbonasi adalah 1/2 kafein pada teh atau 1/4 kafein pada kopi. Jadi yang paling tinggi kadar kafeinnya ternyata minuman teh.

Bagaimana dengan keamanan food additives (Bahan Tambahan Pangan-BTP) yang digunakan seperti pemanis buatan dan perisa buatannya? Dari penelitian pemanis yang digunakan dalam minuman berkarbonasi yaitu sukrosa dan HFCS tidak menunjukkan perbedaan dalam hal rasa lapar, rasa kenyang atau perolehan energi jangka pendek (Melanson et al, 2007 & Monsivais et al, 2007). Menurut The American Medical Association HFCS tidak lebih mudah menimbulkan obesitas dibandingkan gula tebu atau pemanis padat kalori lainnya. Jadi selama ADI-Acceptable Daily Intake (level aman konsumsi) < dari EDI-Estimated Daily Intake (jumlah pemanis rendah/tanpa kalori yang sesungguhnya digunakan pada makanan/minuman), AMAN digunakan pada diet seimbang dan TIDAK berkaitan dengan resiko kanker pada manusia.

Jadi minuman berkarbonasi bermanfaat sebagai:
  • Hydration : karena intinya minuman berkarbonasi adalah air.
  • Refreshment : ini diakibatkan oleh kafein yang bisa menimbulkan sensasi 'nendang'.
  • Enjoyment : kesenangan pada saat membuka kemudian bersuara "POP" dan memperhatikan buih dan desis yang muncul akibat reaksi penguraian asam karbonat : H2CO3 --> H2O + CO2, dimana seiringnya dibukanya kemasan minuman berperisa, lepas pula gas CO2 yang dijebak dalam minuman sehingga CO2 yang masuk tubuh menjadi banyak berkurang.
  • Nutrition : jumlah kandungan energi dan gula minuman berkarbonasi sama dengan jus buah, hanya ada keunggulan jus buah yaitu mengandung vitamin, mineral dan serat.
Beberapa fakta lain yang ditemukan atau bisa disebut sebagai tips menikmati minuman bersoda tanpa resiko kegemukan dll, adalah:
  • mencegah obesitas: tidak mengkkonsumsi minuman bersoda berlebih dengan mengutamakan energy balance --> energy IN=energy OUT.
  • mencegah karies gigi : pada saat mengkonsumsi minuman berkarbonasi usahakan menggunakan sedotan (straw) sehingga tidak terjadi kontak langsung dengan gigi, karena sifatnya yang asam setelah minum minuman berkarbonasi jangan langsung sikat gigi dan berkumun dengan air putih setelah minum minuman berkarbonasi lebih baik,
  • mencegah diabtes: dengan pemanis buatan yang rendah kalori justru tidak berbahaya bagi penderita diabetes karena IG (indeks glikemik) minuman bersoda umumnya adalah 58 (IG sedang --> 56-69).
  • mencegah hipertensi: yang perlu dihindari penderita hipertensi adalah Natrium. Pada minuman berkarbonasi kadar Na : 15mg/saji (250ml) --> very low sodium.
  • mencegah osteoporosis : menurut National Institute of Heath (2000)-USA; minuman berkafein tidak menyebabkan osteoporosis, sepanjang konsumsi kalsiumnya cukup. 
Saya sempat bertanya pada Prof. Made tentang reaksi buih yang berlebihan seperti 'meledak' saat kita memasukan salah satu jenis permen mint kedalam minuman soda yang dijawab oleh Prof. Made bahwa rumor itu adalah sesuatu yang sudah ada sejak lama sekali. buih berlebih yang ditimbulkan adalah akibat dari reaksi permen yang pouros atau berpori banyak ketikan dimasukkan langsung aka diisi oleh CO2 sehingga menghasilkan buih. apakah itu yang akan terjadi di perut? kita toh tidak pernah menelan bulat-bulah permen tadi melainkan dihisap, sehingga tidak akan terjadi reaksi CO2 yang mengisi pori-pori permen.


Kesimpulan Prof.. Made tentang materi minuman berkarbonasi adalah: THERE ARE NO GOOD OR BAD FOOD, JUST GOOD OR BAD DIETS. Jadi mulai sekarang kita perhatikan jumlah asupan makanan kita dan "JANGAN TAKUT MAKAN ENAK" sesuai dengan judul buku Prof. Made yang beruntung bisa saya dapatkan pada kesempatan itu.

Minuman Berkarbonasi dan kesehatan Saluran Cerna.

Dalam sesi berikutnya, dr. Ari memaparkan tentang pentingnya pemenuhan cairan dalam tubuh kita. Minuman berkarbonasi dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh karena yang kita butuhkan dalam sehari adalah 8 gelas cairan, bukan 8 gelas air putih. Cairan bisa kita dapat dari buah-buahan, sayuran dan makanan/minuman yang mengandung air. Hal yang menarik disampaikan dr. Ari tentang hubungan air dan ginjal. Penyakit yang melibatkan Ginjal ada 2 macam; yang pertama gagal ginjal. penderita gagal ginjal tidak memiliki kemampuan untuk mengeluarkan cairan sehingga justru harus membatasi asupan air ke dalam tubuhnya. Yang lain adalah Infeksi saluran kercing yang mengharuskan penderitanya untuk banyak minum.

Hampir sama dengan penjelasan Prof. Made, dalam mengkonsumsi makanan/minuman, gula sebagai asupan kalori harus diperhitungkan untuk mencegah obesitas atau diabetes melitus, elektrolit Natrium (Na) yang dikonsumsi berlebihan bisa memicu hipertensi dan tambahan elektrolit pada larutan isotonik akan memperburuk fungsi ginjal seseorang yang sudah memiliki gangguan ginjal sebelumnya.

Yang menarik adalah fakta bahwa minuman berkarbonasi tidak akan menyebabkan perasaan tidak enak pada lambung atau kembung dalam keadaan yang normal. Gas CO2 yang masuk melalui minuman berkarbonasi akan dikeluarkan dengan bunyi "euu" atau 'teurab' kalau orang Sunda bilang, dan bisa melalui jalan bawah atau buang gas. Dan bahwa minuman soda terbukti tidak mengobati masuk angin atau melancarkan haid. :)

Jadi dalam mengkonsumsi minuman berkarbonasi ternyata soda akan dikeluarkan kembali sehingga yang kita konsumsi dan serap tinggal air dan syrup yang dinyatakan almost totally absorb before reaches the lower digestive track (hampir seluruhnya terserap tubuh sebelum mencapai saluran pembuangan akhir).
Kesimpulan/saran yang diberikan dr Ari hari itu adalah YOU ARE WHAT YOU EAT, jadi mulai sekarang (kembali) kita perhatikan asupan makanan yang mita makan usahakan seimbang.

Keseimbangan Energi


Pada remaja keseimbangan energi sangatlah penting. Ada remaja yang kemudian mengalami kegemukan atau terlalu kurus. keadaan fisik yang tidak ideal ini bisa menjadi bahan olok-olok teman lain sehingga terjadi bullying. 

Remaja dengan seabrek kegiatan perlu memperhatikan asupan gizi dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Pada remaja energi yang masuk akan digunakan untuk tumbuh tinggi. Pola makan yang sering mengkonsumsi makanan kurang sehat dan tidak banyak aktivitas seperti olahraga dapat menyebabkan obesitas pada remaja. Jadi sejak dini, remaja perlu melakukan kegiatan olahraga yang dapat merangsang pertumbuhan tubuhnya secara optimal.

Termasuk asupan cairan yang perlu diperhatikan. Ketika remaja melakukan aktivitasnya usahakan untuk banyak minum sehingga tidak terjadi dehidrasi. Pertanyaan yang saya sampaikan pada dr. Rachmad terkait minuman berkarbonasi adalah: "Apakah yang paling baik dikonsumsi setelah berolahraga seperti ber-Bike to school oleh anak-anak (remaja) apakah cukup air putih, isotonik drik, atau minuman berkarbonasi?"

Jawaban dr. Rachmad adalah tergantung berat dan lamanya melakukan aktivitas olahraga. jika tergolong ringan, air putih sudah cukup, namun jika tergolong latihan berat perlu asupan sport drink (isotonik) yang bisa mengganti cairan tubuh yang keluar leboh baik. Bagamana dengan minuman berkarbonasi? remaja biasanya lebih suka minuman ini. Meminum minuman jenis ini setelah berolahraga masih dianggap aman yang penting ada asupan cairan untuk mengganti cairan yang telah keluar. 

Kesimpulan dr. Rachmad adalah coba mulai melaksanakan HEALTHY LIVING yaitu dengan secara berkesinambungan melakukan EAT BETTER --> POSITIVE THINKING --> FEEL GOOD --> REGULAR EXERCISE.

Melalui seminar ini saya ambil kesimpulan bahwa sebaiknya kita mulai memperhatikan asupan makanan dan minuman sehari-hari serta olahraga yang cukup. Sementara minuman berkarbonasi hanyalah salah satu jenis minuman yang bisa kita pilih untuk dikonsumsi atau tidak. Jadi terserah kita. :)


Sumber: PowerPoint Pemateri seminar sehari "Minuman Berkarbonasi dan Kesehatan".

Comments

Popular Posts