Gowes 'NoWhereToGo'

Di kalangan pesepeda ada beberapa golongan. Yang pertama mereka yang 'maniak' sepeda. Hampir setiap hari kemanapun mereka bersepeda, sampai kayaknya ke kamar mandi pun naik sepeda (lebay) :D.
Ada yang suka 'bike to work', golongan ini pastinya pergi ke tempat kerja dengan menggunakan sepeda. Barangkali tukang siomay keliling bisa jadi salah satu golongan ini? (hehe..).
Ada lagi yang disebut weekend warrior, ini buat mereka yang bersepeda hanya di akhir pekan. Biasanya mereka akan bersepeda ke tempat-tempat yang agak melipir untuk uphill atau downhill tergantung kesukaan.
Golongan yang lain adalah mereka yang suka bersepeda antar kota antar propinsi (kayak bis malem aja) atau kita kenal dengan touring. Jika ada waktu libur beberapa hari biasanya dimanfaatkan oleh golongan ini untuk mengunjungi tempat-tempat yang agak jauh.
yang paling kenyang adalah golongan pesepeda yang khusus mencari tempat kuliner. Makanan-makanan khas yang biasanya diminati oleh para pesepeda kuliner yang lebih mudah dijangkau bila menggunakan sepeda.

Saya termasuk golongan pencinta sepeda yang campur aduk. Maniak karena bila ada kesempatan ke warung-pun bersepeda, B2W sekali-kali saya lakukan meski ngga pake bawa siomay, weekend warrior semi wajib karena sudah mulai sugesti jika tidak bersepeda di hari sabtu/minggu bakalan sakit. Atau gowes kuliner.. yang ini wajib. Entah cari warung kopi, pecel, mi ayam, bubur  ayam sampai bir kocok.

Dalam kegiatan bersepeda di akhir pekan wajib bawa GPS (baca: Ceu@Tarie). Temanku yang satu itu paling canggih cari jalan dan ngga pernah tersesat. Kelebihannya dari GPS yang paling canggih sekalipun adalah ga perlu ganti batre dan bisa nanya ama orang.. hehehehe..

Tapi hari minggu kemarin bisa jadi disebut gowes 'galau' karena saking galaunya sibuk bm-an dulu cuma ingin pasti mau gowes atau tidak, alhasil kesiangan. Kami baru start nyaris jam 7.30! Jatah gowes juga pendek, cuma sampe jam 9 karena Ceu@Tarie harus mencari semangkuk berlian, lembur uy!
Jadilah akibat 'GPS' yang galau, gowes kami hari itu jadi 'NoWhereToGo'.

Baru kali ini ceu@Tarie sibuk tanya ke saya yang mengikuti di belakang, "kiri-kanan?!", tentu saja saya jawab "terserah!". Ngga kapok dengan jawaban itu, tiap kali bertemu persimpangan Ceu@Tarie selalu bertanya "kiri-kanan?!" kadang ditambah "lurus?!" dan selalu jawaban saya "terseraahhh!" :D

Walaupun saya mengendarai folding bike (sepeda lipat/seli), tidak tabu buat jalan ke jalan selain aspal. Hari Minggu kemarin membuktikan bahwa si kuning cukup lincah di jalan setapak yang licin akibat hujan sehari sebelumnya.
Dalam bersepeda belum pernah saya keluar dari kota Bogor. Alasannya yaa.. kekuatan dan waktu tempuh yang ga bisa terlalu lama. Gara-gara gowes tak tentu arah kemarin saya jadi tahu jalanan di kota Bogor ini tidak selamanya mulus. Awalnya aspal, kemudian berganti beton, berganti conblock sampai akhirnya tanah licin dengan bebatuan besar. Pada saat bertanya arah, ada seorang Ibu menggendong bayi yang belum genap sebulan umurnya. Rumah yang ditinggalinya sangat jauh dari sebutan layak. Hanya berdinding kayu triplek disangga kardus-kardus tebal, tanpa jendela dan penerangan. Sempat merasa miris masih terlihat pemandangan seperti itu di tempat yang kita sebut "kota". Tapi ceu@Tarie berpendapat lain. Hal itu adalah awal dari orang-orang yang sulit untuk diminta pindah dari tanah yang bukan haknya karena sudah merasa menempati selama beberapa lama bahkan beberapa generasi... mmm ada benarnya.

Ada lagi kejadian yang lumayan bikin nyengir saat bertanya arah:
ceu@Tarie : Punten kang, ini jalan ke kanan kemana, ke kiri kemana ya?
Akang2 : memangnya Teteh mau kemana?
CT: ngga kemana2 sih kang...
A: Ya udah atuh teteh lurus aja, nanti belok kanan... (perasaan tanya kiri dan kanan, malah disuruh lurus)
CT: nuhun kang... (nurut)



Betul saja tidak sampai 10 menit mengayuh kami tiba di jalan besar.. lhaa heran juga keluarnya disitu padahal kami kira sebelumnya tujuan kami ada di sisi yang lain :D.
Berhenti sejenak ambil nafas dan minum karena setengah dari perjalanan kami tadi yang jika tidak perlahan karena jalan licin, kami juga lakukan tuntun bike karena jalan yang sempit dan menanjak, jika nekat digowes bisa jadi saya jumping bareng si kuning :D.
Dari sana jalan yang kami lalui full aspal dan tetap tak henti mengayuh karena (lagi-lagi) jalanan panjang dan menanjak. Tapi semangat karena hari mulai panas dan takut meleleh saya kayuh sepeda tak jauh di belakang ceu@Tarie. Bertemu beberapa pesepeda lain, kami sapa dengan membunyikan bel masing-masing sambil senyum dan lambai tangan. Senangnya bersepeda 😊





Comments

Popular Posts