JATI DIRI BANGSA DI UJUNG LIDAH

Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Ungkapan peribahasa yang berarti dimana kita berada di situ aturan dan kebiasaannya kita patuhi. Kata-kata ini selalu saya ingat ketika mendatangi tempat baru. Seperti beberapa waktu lalu ketika saya dan keluarga berkesempatan untuk bertandang ke negeri jiran, Malaysia.

              Sebuah Negara yang bersebelahan dengan Negara kita, memiliki banyak kemiripan budaya dan keturunan dari suku bangsa yang sama. Oleh karena itu tidak sulit saat kita mengunjungi negeri ini karena mirip keadaannya dengan negeri sendiri. Istimewanya lagi banyak orang Indonesia bekerja di sana, penjual tempat saya membeli souvenir, misalnya, berasal dari Jawa.

              Begitu juga dengan makanannya, mirip dengan masakan Indonesia yang berempah, bersantan dan kaya cita rasa. Mirip tetapi tidak sama. Rasanya cenderung manis di lidah Indonesia kami. Bahkan kami berniat untuk membawa sendiri saus sambal dari Indonesia jika berkesempatan untuk berkunjung lagi kesana karena sambal yang semestinya pedas tetap terasa manis juga.

              Lidah kita mengingatkan dari mana asal kita. Banyak orang kesulitan makan jika datang ke Negara lain. Dalam kumpulan artikelnya, Ki Hadjar Dewantara pernah menyampaikan bahwa budaya merupakan buah dari adab termasuk juga cara membuat makanan. Jadi, masakan khas suatu daerah atau Negara merupakan bagian dari kebudayaan suatu bangsa.

              Abad ke-16 saat kolonialisme masuk ke Nusantara, hasil bumi yang ingin dikuasai para penjajah adalah rempah-rempah. Rempah yang digunakan untuk membuat penganan makanan dan minuman, yang pada saat itu berharga sama dengan emas.

Cita rasa rempah yang kuat menjadi salah satu ciri masakan Indonesia. Rasa gurih dari gula, garam dan kekayaan alam lain di Indonesia menjadikan masakan Indonesia memiliki rasa yang kaya. Di tiap daerah, olahan bahan makanan berupa sayur, hasil ternak dan ikan, memiliki ciri khas tersendiri. Dengan 1.340 suku bangsa yang terdata di Indonesia pada tahun 2010, dapat dibayangkan kekayaan jenis masakan khas daerah Indonesia.

Jenis masakan Indonesia sudah mulai dikenal di dunia. Presiden Amerika Serikat ke-44, Barrack Obama, mengenalkan nasi goreng dan sate sebagai makanan yang disukainya. Lalu muncul rendang dari Sumatera Barat yang digadang sebagai makanan terlezat di dunia. Tempe yang diteliti dan dikembangkan di Jepang, kelepon serta kue putu yang juga terdapat di Malaysia dan banyak lagi.

Betapa kita akan sangat keberatan bila milik kita, diakui oleh bangsa lain. Termasuk apabila makanan Indonesia diklaim berasal dari Negara lain. Jika terjadi, harga diri dan jati diri kita sebagai bangsa akan terusik. Betapa penting jenis makanan sebagai sebuah budaya bangsa yang patut kita lestarikan dan kenalkan sebagai kekayaan bangsa.

Kuliner adalah bagian dari budaya dan budaya merupakan jati diri bangsa. Untuk memperkuat jati diri bangsa terutama di kalangan pemuda, perlu ditanamkan kecintaan akan jenis masakan asli Indonesia. Di tengah gempuran makanan cepat saji, masakan asli Indonesia perlu dikenalkan ke seluruh tempat. Upaya untuk membumikan kuliner asli Indonesia bisa melalui para ibu yang memasak untuk keluarga di rumah, peserta didik yang belajar membuat penganan asli Indonesia di sekolah, pameran serta bazaar masakan asli Indonesia dan kompetisi masak.

Para ibu yang kreatif dapat dengan mudah memperoleh resep masakan secara daring yang bisa dipraktekkan tiap harinya. Metode dan cara memasak modern membuat memasak menjadi kegiatan yang menyenangkan. Dalam mengajak para ibu untuk memasak makanan asli Indonesia yang sehat, dapat diupayakan dengan program sarapan bersama di sekolah. Menu masakan ditentukan harus asli Indonesia dan dimasak oleh ibu.

Dalam pembelajaran di sekolah, khususnya mata pelajaran Prakarya tingkat SMP, terdapat aspek Pengolahan. Aspek ini mengenalkan jenis bahan makanan yang dapat diolah di setiap tingkatan yang berbeda. Penganan dari buah dan sayur di kelas 7, penganan dari umbi dan serealia di kelas 8 dan bahan ikan, daging dan telur di kelas 9. Sebagai guru, tantangan membuat penganan asli Indonesia dari bahan yang berbeda sesuai tingkatan, dapat menumbuhkan kecintaan peserta didik terhadap masakan asli Indonesia. Ketika menguasai keterampilan membuatnya, diharapkan peserta didik dapat mempraktekkan di rumah. Hal ini berarti dapat mengembalikan masakan asli Indonesia ke rumah-rumah.

Pameran, Bazaar dan kompetisi kuliner asli Indonesia dapat melibatkan baik pihak pemerintah atau swasta sebagai penyelenggara. Pengenalan jenis masakan Indonesia di kalangan yang lebih luas membutuhkan biaya tidak sedikit yang hanya dapat dianggarkan pemerintah dan pihak swasta atau kerjasama keduanya. Selain menarik untuk bidang pariwisata, dampak dari kegiatan mengenalkan kuliner asli Indonesia ini, berpotensi untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap Negara dan bangsa. Apalagi jika kemudian kegiatan ini dilanjutkan dengan mengumpulkan resep-resep asli Indonesia, dibukukan dan dikenalkan pada dunia.

Pada masa kolonial di awal abad ke-20, membukukan resep masakan asli Indonesia telah dilakukan perempuan-perempuan Jawa. Mereka perempuan dengan kemampuan literasi tinggi. Resep asli Indonesia yang kebanyakan diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi, dihimpun dalam sebuah buku. Kartini dan saudaranya Roekmini, mengenalkan kebanggaan mereka akan cita rasa kuliner Jawa yang terungkap dalam isi korespondensi dengan sahabat-sahabat Eropanya. Lebih jauh saudaranya yang lain, Kardinah, setelah mendirikan sekolah perempuan, beliau menulis buku-buku memasak praktis sebagai panduan belajar keterampilan di sekolahnya. Setelah itu muncul buku-buku resep lainnya. Buku resep masakan berbahasa Sunda yang ditulis Nyai Djamรคh pada tahun 1916, lalu R.A. Soewarsi menulis beberapa buku resep berbahasa Jawa (1936-1938) dan S. Noer Zainoe’ddinMoro yang menulis dalam bahasa Melayu (1941).

Dari sebuah buku resep masakan, dapat terlihat rasa nasionalisme yang mulai tumbuh. Resep masakan asli Indonesia (boemi poetra) dan masakan Eropa ditambah dengan jenis masakan Tionghoa (Cina) sebagai masakan asing, dibuat terpisah. Tahun 1948 seorang tokoh pergerakan perempuan dari Sumatra Barat, Rangkajo Chailan Sjamsu Datuk Toemenggoeng atau yang lebih dikenal dengan Chailan Sjamsu, menerbitkan ulang buku memasaknya yang terbit pertama tahun 1940. Dalam bukunya dibangkitkan kebanggaan akan masakan asli Indonesia mengalahkan masakan lain. Cita rasa Nusantara ditampilkan dengan menulis resep dari berbagai daerah dengan harapan memperkuat persatuan dan mempertebal kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Soekarno dalam buku biografi karya Cindy Adams: Penyambung Lidah Rakyat, disebutkan menginginkan hidangan asli Indonesia dihidangkan tanpa ada perasaan rendah diri. Pada saat itu orang memandang masakan Indonesia lebih rendah dari masakan Eropa. Penguatan identitas bangsa oleh Soekarno selain anti segala hal yang berbau kebarat-baratan, diterbitkan sebuah buku resep masakan Indonesia dengan judul Mustika Rasa (1967). Betapa saat itu Negara menganggap penting kuliner asli Indonesia karena Mustika Rasa merupakan buku resep pertama dan satu-satunya yang pernah diterbitkan oleh Negara. Terbitan pertama buku yang disusun istri Soekarno, Hartini, saat ini bisa dihargai lebih dari 2.5 juta rupiah.

Cover buku Mustika Rasa yang digagas Soekarno

 Menurut William Wongso, ahli kuliner Indonesia, saat ini masakan lokal belum diposisikan sebagai jati diri bangsa karena masih jarang dihidangkan sebagai makanan utama di acara kenegaraan. Hal ini berbeda dengan China, Thailand dan Jepang yang sudah menyajikan bebek peking, tom yum dan takoyaki sebagai makanan khas negaranya dalam acara-acara kenegaraan.

Dengan majunya zaman, pengenalan kuliner Indonesia dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi untuk memperluas promosi. Kegiatannya dapat berupa lomba memasak yang secara interaktif disiarkan oleh stasiun televisi, acara memasak para chef indonesia yang membuka saluran di media penyiaran berita, penyebaran gambar-gambar atau video pendek ulasan kuliner Indonesia di media sosial dan lain-lain adalah upaya pemanfaatan teknologi dalam menyebarkan kuliner Indonesia. Dengan kemudahan memperoleh informasi ini, pengetahuan masyarakat tentang kuliner Indonesia akan meningkat baik disadari ataupun tidak.

Pengetahuan yang memadai tentang kuliner Indonesia akan memunculkan kecintaan terhadap negeri kita yang kaya. Hal ini secara tersirat dikatakan sejarawan JJ Rizal saat meluncurkan buku Mustika Rasa versi baru tahun 2016 lalu. Buku yang memiliki 1.123 halaman ini diterbitkan kembali dengan maksud mengingatkan bahwa bidang kuliner sangat penting dan perlu diperhatikan kelestariannya. Kuliner sebagai warisan budaya yang akan memperkuat jati diri dan kecintaan terhadap bangsa kita, Indonesia.

 

Sumber:

Dewantara, Ki Hadjar, 1967. “Karja Ki Hajar Dewantara Bagian IIA Kebudajaan”. Penerbit Madjelis Luhur Persatuan Taman-Siswa, Jogjakarta.

 https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesia

Rahman, Fadly, 2018. “Kuliner Sebagai Identitas keindonesiaan”. Jurnal Sejarah. Vol. 2(1), 2018: 43 – 63 © Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia https://doi.org/10.26639/js.v%vi%i.118

https://tirto.id/minimnya-identitas-indonesia-dalam-jamuan-kenegaraan-b3jx

https://makassar.tribunnews.com/2016/08/16/buku-masakan-indonesia-ini-dijual-hingga-rp-25-juta

https://nasional.sindonews.com/read/1315597/15/nilai-budaya-sebagai-benteng-jati-diri-bangsa-1529677334

Note: esai ini telah diterbitkan dalam antologi esai guru dengan judul Literasi dan Jati Diri Bangsa di Ujung Lidah.

N

Comments

Popular Posts