Jimbot

Badan yang tiga hari ini tumbang gara-gara flu tiba-tiba diajak beranjak setelah meminum obat flu yang tadi diberikan anak saya yang baru pulang kuliah. Entah karena efek obat yang seperti dopping atau karena tiga hari ini kegiatan hanya berlangsung di situ-situ saja, buka laptop, tuangkan! Lucunya yang tiba-tiba muncul di pikiran saya adalah sebuah mainan tahun 80an yang dulu pernah saya dapat dari ayah sebagai oleh-oleh waktu tugas ke Jepang. Permainan nintendo game watch lion yang setelah saya browsing ternyata ada yang menyimpannya di you tube channel!

Nintendo game watch lion
Pada saat itu saya yang masih SD sudah merasa sangat keren dengan memiliki game yang dikenal dengan nama jimbot tersebut karena harganya yang cukup mahal dan tidak semua anak memilikinya. Pada masa itu terjadi juga mabar alias main bareng di teras rumah tetangga dengan bertukar alat permainan. Game watch lion saya lalu ditukar dengan mickey mouse yang menangkap telur atau jenis yang lebih keren dilengkapi dengan penutup layarnya jenis western yaitu seorang koboi yang sibuk menembak sasaran di sebuah bar.

Tujuh macam bentuk pada Tetris Worlds. Atas, kiri ke kanan: I, J, L, O. Bawah: S, T, Z

Tahun 90an nintendo memunculkan permainan tetris yang melegenda jenis gameboy. Permainan tetris ditemukan Alexei Pajitnov yang berkebangsaan Rusia pada tahun 1985 (https://id.wikipedia.org/wiki/Tetris). Permainan ini menjadi legenda karena diproduksi secara besar-besaran bukan hanya oleh nintendo menjadikan harganya sangat terjangkau sehingga dapat dimiliki semua orang segala usia. Masih terekam dalam ingatan saya pada masa itu kegiatan ngabuburit pada bulan ramadhan ramai diisi dengan main tetris, bahkan saat belanja ke pasar, mainan ini dimainkan oleh para pedagang sayur sambil menunggu pembeli. Saking seringnya bermain tetris saya sempat mengalami setiap benda selalu saya hubungkan dengan bentuk tetris yang terdiri dari bentuk huruf I,J,L,O,S,T,Z. Selalu terbayang bahkan saat mulai memejamkan mata ketika mau tidur, layar tetris.

Maka muncul ketakutan saya akan permainan zaman now yang secara gambar baik warna, bentuk, ketajaman dan gerakan yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya bahkan bisa berputar 360 derajat, bagaimana akan mempengaruhi otak para pemainnya. Mulai dari sakit punggung karena posisi duduk yang terlalu lama, migrain sampai kerusakan syaraf. Pernah juga saya melihat video yang tersebar di grup WA seseorang yang jari-jarinya tak berhenti seolah mengusap layar dan matanya selalu tertuju pada jari-jarinya yang sedang bergerak seolah sedang mengetuk-ngetuk layar bermain game.

Oleh karena  itu saya sangat setuju ketika pemerintah melaui kementrian pendidikan kemudian menggalakan permainan tradisional yang diupayakan masuk ke dalam kurikulum mulok, menyelenggarakan kompetisi yang melibatkan fisik dan seni bidaya melalui OSN dan O2SN, GSI untuk sepakbola dan sebagainya. Namun seiring dengan kesetujuan ini muncul rasa miris dan kecewa ketika beberapa waktu lalu Kemendikbud mensponsori kegiatan turnamen Game Online antar pelajar apalagi yang diperebutkan ternyata piala Menpora! Untuk kelas umum bahkan memperebutkan piala presiden! eSport? sepertinya kita harus memindai kembali permainan yang cocok untuk dikatakan eSport di kalangan pelajar khususnya. (https://www.kincir.com/game/mobile-game/kemenpora-esports-garena)

Lebih setuju apabila kegiatan eSport yang melibatkan gadget ini diisi dengan lomba membuat program misalnya, atau membuat aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Atau kegiatan robotik yang juga sarat dengan pemrograman di komputer atau lomba desain grafis atau apapun yang melibatkan kreativitas dan cara berpikir ilmiah yang akan meningkatkan kualitas pelajar Indonesia.

Comments

Popular Posts