Sebuah Pencarian

Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan miris rasanya melihat situasi yang terjadi belakangan ini begitu banyak bencana yang bukan hanya disebabkan oleh keadaan alam semata, melainkan dibuat oleh mereka yang seharusnya bersinergi dengan alam.

Tinggalkan yang disebabkan alam karena diluar kuasa kita untuk mencegah, tulis beberapa kasus yang disebabkan oleh faktor manusia yang kurang bertanggungjawab: pembakaran hutan, aksi demo yang menjurus ke anarkis, penanganan aparat yang dianggap kurang manusiawi, atau seorang wakil rakyat yang bicara tanpa etika di depan publik yang tersebar melalui media. Semuanya beramuara kepada satu masalah: KARAKTER.

Penanaman karakter yang baik berawal dari rumah lalu dilanjutkan dan dikuatkan di lembaga-lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah. Seseorang yang berperilaku kurang baik akan ditelusuri siapa orangtuanya, ayahnya, ibunya, lalu dia pernah sekolah dimana, siapa guru-gurunya. Disini sebagai seorang guru merasa upaya penanaman karakter di sekolah telah gagal.

Jadi ingat ketika di Sekolah Dasar dulu. Ibu Kepala Sekolah yang mencintai dan dicintai semua muridnya tidak pernah lupa mengucapkan kata : "Buanglah sampah pada tempatnya!" di setiap kesempatan. Pada upacara hari Senin saat beliau menjadi pembina upacara, pada saat bertegur sapa ketika waktu istirahat dan ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. Buah dari 'kecerewetannya' itu hampir semua anak didiknya selalu ingat untuk membuang sampah pada tempatnya.



Jadi ingin tahu karakter di dunia pendidikan yang sekarang sudah berpayung hukum dan tertuang dalam Permendikbud Nomor 20 tahun 2018 yang dikenal dengan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter). PPK dilakukan melalui olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga yang harmonis. 5 Nilai utama karakter yang saling berkaitan meliputi religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum. Lalu dilanjutkan dengan pasal-pasal berikutnya yang menegaskan bahwa pendidikan karakter dalam pelaksanaannya terkoordinasi dan terimplementasi melalui hubungan yang baik antara pihak sekolah, orangtua dan masyarakat yang tercipta dalam budaya sekolah.


"ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,tut wuri handayani"

(di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, di belakang memberi kekuatan)

Namun saya ingin menelisik lebih jauh ke belakang tentang karakter yang bisa ditanamkan melalui dunia pendidikan (sekolah). Paling tepat rasanya apabila kita membongkar pemikiran RM. Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih kita kenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. Bagaimana gagasannya dalam Taman Siswa yang beliau dirikan, apa buah pikirannya dalam dunia pendidikan hingga beliau diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan di kabinet pertama? Paling tepat rasanya untuk berburu salah satu buku yang pernah ditulis beliau dengan judul Menuju Manusia Merdeka.


Comments

Popular Posts