Tukang Gali Kubur.

Dari semua saudaranya yang dua ekor, Kimung termasuk yang paling buruk rupa. Warnanya klasik kucing kampung, putih dan belang hitam di beberapa tempat. Wajahnya pun biasa-biasa aja. Badannya tidak kurus tidak gemuk.. lumayan lah barangkali.



Namun dia yang paling awet tinggal di rumah Mama. Kedua saudaranya si belang tiga dan si buntut pendek pergi entah kemana. Mungkin karena Kimung paling lemah dan paling penakut diantara kedua saudaranya. Ikan tongkol yang digoreng Mama tiap pagi juga barangkali kurang memenuhi nafsu makan mereka, belum lagi ditambah dengan ibu dan bapaknya yang masih sering berkeliaran di sekitar rumah, yang akhirnya membuat kedua saudaranya pergi.

Jadilah Kimung penghuni tunggal semenjak kedua saudaranya pergi dan orangtuanya yang hanya sesekali datang.  Kimung sebenarnya kucing adik saya yang sekarang bekerja di luar kota. Kelakuannya yang badung kadang membuat saya sebal juga, tak jarang hardikan terlontar bila insting mencurinya kambuh. Tapi dasar naluri ke-kucing-annya memang kuat, kebiasaannya mencurinya agak susah hilang. Saking sebalnya saya sama kebiasaannya, sampai-sampai dia hapal betul muka jelek saya. Alhasil saat mendengar dan melihat saya, kimung pasti menekuk badannya seperti ketakutan atau... berlari menghindar!

Mama juga kadang sebal dengan kelakuannya yang ngga sabaran. Kalau lapar kimung selalu membelit di kaki Mama. Sering Mama hampir jatuh gara-gara Kimung yang terus-terusan membelit di kakinya. Belum lagi bulunya yang bikin Mama gatal-gatal. Lucunya, Kimung tidak takut sama Mama. Mungkin karena Mama yang memberinya makan tiap pagi dengan nasi hangat yangmengepul ditambah goreng ikan tongkol. Kadang Ilham sampai ngiler nyium wanginya. Kelakuannya membelit kaki Mama ga pernah berhenti, malah ditambah cakaran seakan-akan sedang bermain-main dengan saudara-saudaranya.

Rasa terima kasihnya sebagai kucing juga pernah dibuktikan dengan mengirim bangkai tikus beberapa kali. Saya yang tinggal dengan Mama harus rela jadi tukang gali kubur dan bersih-bersih sisa yang ditinggalkannya. Pernah juga karena tidur di kolong tempat tidur, Kimung terkunci semalaman di rumah. Pagi-pagi saat semua sibuk, kesibukan saya bertambah dengan membersihkan hajat si Kimung... ampuuuuunnnnn....

Namun walaupun nakal, Kimung sangat lembut sama anak-anak. Ilham yang tadinya takut, karena Kimung Ilham berani mengelus dan bermain-main dengan Kimung. Walaupun kelihatannya agak sedikit tersiksa, Kimung tidak banyak melawan. Pun saat Hanif sepupu Ilham yang lebih tua setahun datang dengan kekuatan dan keisengannya. Jadilah Kimung bulan-bulanan Ilham dan Hanif... duuuhhh sampai saya harus teriak-teriak melihat Kimung yang dibawa kesana kemari.

Belakangan Kimung saya lihat tambah lucu. Badannya tambah gemuk dan bulunya bersih, karena Kimung murni kucing rumah (maksudnya memang jarang berkeliaran diluar halaman rumah). Kelakuannya juga ngga sebandel biasanya. Kelihatan lebih tenang, mungkin dia tambah dewasa, pikir saya. Atau karena adik-adiknya yang 4 ekor (kesadaran jadi kakak barangkali...) ??

Pagi ini Ilham kaget melihat Kimung diam tak bergerak. Badannya kaku, sampai ke buntutnya yang panjang ikut kaku seperti lidi. Tadi malam saya lihat dia batuk-batuk, saya kira hanya tersedak, ternyataa...
Itu terakhir kali saya lihat dia hidup entah karena lapar dia makan tikus beracun atau kena serangan jantung atau mungkin stroke... yang jelas pagi tadi saya kembali jadi tukang gali kubur, kali ini buat Kimung.



Comments

Popular Posts