Berada di Ketinggian

Sejak kecil dulu, berada di ketinggian merupakan kesukaan saya. Betul-betul secara harfiah berada di KETINGGIAN! Saya suka memanjat. Mulai dari memanjat kursi, meja, tembok pembatas rumah sampai genting rumah!

Teras Flying Fox - Gunung Mas, Puncak-Bogor

Sering pada masa kecil dulu saya panjat pohon di depan rumah sambil menunggu Ibu pulang. Biasanya Ibu pulang dengan becak. Berada di atas pohon memungkinkan untuk melihat becak yang membawa Ibu saya sejak dari kejauhan. Dan itu membuat saya suka. Saat berada di atas pohon hanya ada perasaan tentram dan damai setiap semilir angin menerpa wajah dan rambut saya. Mata dipejamkan, yang terdengar hanya daun yang saling bersentuhan, gemerisik berbisik.

Saat lain sengaja naik ke tembok pembatas rumah dan berdiri di tempat yang paling tinggi. Mata memandang jauh tampak desa di seberang sungai jauh di belakang rumah. Kadang terlihat orang sedang mengumpulkan jerami hingga menggunung di sisi sawahnya yang baru panen.

Di tempat hiburan yang menawarkan banyak permainan, yang pertama dituju adalah tempat yang memungkinkan untuk lama berada di ketinggian. Wahana Dunia Fantasi yang paling sering saya naiki adalah kursi ontang-anting. Tempat duduk tunggal yang terikat dengen rantai ke langit-langit wahana yang berputar dan melayang lama di ketinggian. Sensasi memandang laut nun jauh disana sampai garis horison dan tamparan angin di wajah begitu menyenangkan!

Wahana Kursi Ontang Anting - Dunia Fantasi 
Pernah kesukaan ini menjadi suatu keharusan. Saat baru saja pindah rumah, punya ART (Asisten Rumah Tangga) yang sering membawa cucunya. Barangkali tertarik dengan pintu yang memiliki kenop berputar di kamar mandi yang bisa dikunci dengan hanya menekannya, masuklah anak umur 4 tahun mengunci diri di dalam kamar mandi dan tak bisa memutar kenopnya lagi untuk membuka pintu. Neneknya berteriak-teriak di luar kamar mandi berusaha menenangkan cucunya dan memberi instruksi untuk terus mencoba membuka pintu. Saya baru saja kembali dari bekerja. Kunci kamar mandi entah dimana. tak banyak pikir naiklah saya ke atap belakang rumah lalu  menyelipkan badan diantara genting menuju lubang angin di kamar mandi. Setelah menyingkirkan penutupnya, tampaklah anak tadi yang sedang sibuk mendorong, menarik serta berusaha memutar kenop pintu. Cukup terkejut anak tadi melihat ada kepala saya melongok di atasnya. Saya memutar otak berpikir bagaimana membuka pintu tanpa harus turun karena tempatnya lumayan tinggi. Bersyukur ternyata saya cukup menjulurkan kaki sepanjang mungkin lalu memutar kenop pintunya hingga terbuka dengan jari-jari kaki. Usaha ini berhasil dan cucu ART saya dapat keluar.


Untuk turun jadi usaha tersendiri :D
Seiring umur yang bertambah, keinginan untuk berada di tempat tinggi sudah tidak se-ekstrim dulu. Masih sering memanjat jika ada kesempatan untuk flying fox atau kegiatan yang semacamnya. Pernah juga sebatas memanjat batu setinggi setengah meter sudah sangat memuaskan saya. Saat ini kesulitan terbesar adalah ketika turun! Pada saat memanjat pandangan kita optimis ke atas untuk sampai ke tempat yang dituju dan ini membuat semangat kita tinggi. Namun ketika akan turun, memandang ke bawah dan meninggalkan apa yang menjadi kesenangan kita memerlukan perjuangan tersendiri.

Comments

Popular Posts