Semalam Di Kuala Lumpur

Terinspirasi lagu Semalam di Malaysia yang pernah dinyanyikan oleh Victor Hutabarat dan Eddy Silitonga, kami tiba di Kuala Lumpur sebagai wajah Malaysia. Sekilas mirip dengan kota Jakarta yang menggeliat membangun, memperbaiki, memperindah dan membuat betah. Kota Kuala Lumpur yang bersih dan teratur namun tak terlalu banyak senyum.

Masuk ke KL Sentral sebagai terminal terakhir bis yang kami naiki dari Awana. Lagi-lagi tak tampak seperti terminal bus melainkan sebuah mall. Suasananya lebih ramai dari Awana Transport Hub, mungkin karena disini juga merupakan pusat MRT ke berbagai jurusan. Jurusannya kemana saja bisa dilihat disini.

KL Sentral
Niat mencoba MRT ke tempat menginap terhalang oleh kemudahan menggunakan taksi online. Aplikasi yang biasa kita gunakan di Indonesia langsung bisa digunakan tanpa ribet. Bedanya saat pesan, pemesan wajib foto selfie dulu, ceeezz!

Datang kendaraan dengan nomor plat yang sama dengan yang tertera di aplikasi. Pengemudinya masih muda wajah melayu. Radio yang dikumandangkan juga radio Melayu. Senang rasanya suasana melayunya dapet banget, sambil memandang keluar bak turis lagi-lagi kesannya kota ini bersih, teratur dan bebas macet.

Akhirnya sampai di gedung tempat kami menginap. Saba Suites at Vortex KLCC adalah sebuah apartemen dengan 2 kamar tidur dan 2 kamar mandi lengkap dengan dapur dan tempat tidur tambahan. Mau mencuci? tersedia mesin cuci dan setrikaan. Untuk menyimpan makanan, ada lemari es. Memasak bisa dengan mudah karena dapurnya lengkap dengan kompor, panci dan teman-temannya. Untuk makan dan minum disediakan pula peralatannya. Televisi layar datar dengan akses ke youtube bisa juga dimanfaatkan sebagai hiburan. Berasa rumah sendiri. Betah.

Kami menginap di upper floor alias lantai yang atas. Maksudnya supaya pemandangan ke arah menara kembar Petronas tidak terhalang gedung lain. Dan benar saja ketika masuk langsung menaranya kelihatan, tapi hanya satu yang terlihat, lumayan.

Ingin membuat time lapse akhirnya sampai sesudah maghrib kami tidak kemana-mana. Untuk makan malam kami memilih pergi ke kawasan bukit bintang. Sekalian beli gantungan kunci buat teman-teman Ilham, lebih dulu kami ke Sungai Wang Plaza. Kembali kami gunakan taksi online. Berbeda dengan pengemudi siang tadi, kali ini kami mendapat pengemudi Tionghoa. Bangku bagian belakang mobil terbungkus penutup bangku seperti seprai warna putih motif kembang-kembang, lucu juga cara mereka menjaga kebersihan kendaraannya. Radio yang diputar juga berbahasa tionghoa. Pengendaranya lebih banyak cemberut dan tidak bicara samasekali. Saya saja yang senyum sambil (lagi-lagi) memandang keluar jendela melihat suasana.

Mau pesan taksi online? selfie dulu :)
Sampai di Wang Plaza. Di depannya langsung terlihat deretan toko oleh-oleh berupa coklat dan makanan yang manis-manis. T-shirt berbagai ukuran dengan tulisan Malaysia, baju-baju fashion dengan berbagai modelpun ada. Setelah keliling-keliling kami berhenti di sebuah kios yang cukup lengkap dan menawarkan harga yang lebih murah dibanding kios lain. Ternyata pemilik kiosnya dari Jawa. Maka terjadilah tawar menawar menggunakan bahasa Jawa di Malaysia. :)

Waktunya makan. Padahal lokasi Sungai Wang Plaza bersebelahan dengan tempat kuliner Bukit Bintang yang hits. Tapi karena ingin aman baik dari jenis dan harga akhirnya kami memilih makan di McD saja. Saat mulai makan kami langsung menyesal karena tidak sempat membawa saus sambal dari Indonesia. Rasa saus sambal disini tidak sesedap saus sambal di Indonesia. Mungkin karena kurang micin. :D

Setelah selesai makan, lihat di google maps ternyata kawasan Bukit Bintang ini dekat dengan lokasi tempat kami menginap. Maka kami putuskan untuk berjalan kaki menikmati suasana malam di trotoar yang nyaman dan lebar. Selain itu trotoar disana sangat bersahabat dengan penyandang disabilitas karena selain dari bentuk ubin yang berbeda tersedia untuk tuna netra, trotoarnya bisa dilalui kursi roda karena tidak terdapat undakan sama sekali. Saking mulusnya, sekelompok anak muda bule yang mengendarai skuter matic (kalau saya bilangnya otopet) berlalu begitu kencangnya menyusul kami.

Trotoar dengan dinding yang mengapresiasi atlit-atlit juara pekan olahraga daerah.
Di tengah perjalanan kami mampir di sebuah kios untuk membeli bahan makanan untuk sarapan. Padahal di apartemen tempat kami menginap ada seven eleven, tapi karena takut yang kami cari tidak ketemu akhirnya kami mampir. Mengitari rak-rak yang berisi mie instan pilihan jatuh pada ---- Indomie, seleraku ---- lagi-lagi karena tidak ingin dapat kejutan rasa yang tidak dikenal.

Betul saja, sekitar 10-15 menit berjalan kaki dengan kecepatan sangat santai setelah dipotong kunjungan kami ke toko tadi, kami tiba di depan tempat kami menginap. Saat itu kami baca ternyata gedung apartemen ini ada kapsul hotelnya.

Sampai di kamar tampak lampu-lampu cerah dari gedung-gedung sekitar apartemen. Yang paling terang tentu saja Petronas, walaupun yang kelihatan cuma satu, tapi pesonanya mengalahkan gedung-gedung yang lain, luar biasa. Baiklah, saatnya tidur.

Dari jendela kamar :)

link:
http://www.klsentral.com.my/Conn_Main.aspx

Comments

Popular Posts