Lihat Mereka...

Setiap pagi, dalam rangka menghemat, saya 'nebeng' suami sampai stasiun. Dari sana saya berjalan kurang lebih 500 meter menuju sekolah.
Banyak yang saya bisa lihat.
Jika sampai agak pagi, masih tampak satu keluarga, bapak, ibu dan anak perempuan berumur kurang lebih 3 tahun, memberesi bekas tidurnya di emperan toko. Sekali pernah saya lihat anak kecil tadi dengan rambut awut-awutan menenteng karung plastik berisi serpihan kertas kecil-kecil, yang ternyata ia pakai sebagai bantal. Potret kemiskinan. Homeless.

Sekali waktu saya tidak waspada. Ketika sibuk akan menyebrang jalan, tanpa saya sadari ada tangan menggerayangi ransel di punggung. Melayang deh dompet kesayangan pemberian mertua. Walaupun cuman dompet receh berisi uang 700 perak tetep aja bikin kita sedikit masygul. Sudah terkenal kawasan Taman Topi memang tempat mangkalnya 'pick pocket', udah tau gitu masih berani-berani ngelamun... dasarr... Satu lagi potret kemiskinan. Unemployment.

Orang tak waras. Kemarin dia menenteng celananya yang melorot sampai ke lutut... anak2 perempuan SMA yang kebetulan papasan sibuk menyingkir sambil cekikikan.. ga tau tuh apa yang 'terlihat'. Di tempatnya biasa mangkal (yang baunya lebih dari kakus) setiap hari meminta kepada yang lewat.. But nobody notice him.. termasuk saya, sampai hari ini, jangankan memberi, saya tidak pernah (berani) menatap wajahnya. Saya hanya 'melewatinya' setiap hari. Kadang dia terdengar bicara sendiri, kemudian tertawa... begitu lepas... sampai kadang iri juga dia bisa tertawa begitu lepas... seperti tak ada beban... padahal... Potret kemiskinan. Desperation.

Apapun yang saya lihat, saya alami tiap pagi.. membuat saya bersyukur. Saya tidak seperti apa yang saya lihat, saya tidak mengalami apa yang mereka alami. Dan yang lebih bersyukur lagi, ketika saya masih punya tempat di hati untuk 'melihat' mereka.

Comments

Anonymous said…
Terima kasih ya sudah berkunjung ke blog saya

Popular Posts