Negeri Gurindam 12, Awal yang Indah.

Fasal 6; Cahari olehmu akan sahabat yang boleh dijadikan obat, Cahari olehmu akan guru yang boleh tahukan tiap seteru .....
Demikian penggalan fasal 6 gurindam yang jumlah seluruhnya ada 12. Gurindam merupakan puisi Melayu dengan jenis puisi didaktik karena isinya nasihat dan petunjuk hidup yang diridhoi Alloh. Gurindam 12 ditulis oleh Raja Ali Haji pada 23 Rajab 1263 Hijriyah atau 1847 Masehi di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau yang beberapa waktu lalu kami kunjungi. Mencegah lupa, kenangan akan perjalanan kami akan ditulis disini, let's go!
Travel Blogger kami kali ini (baca:ayah) membawa serta keluarga untuk berlibur selama 3 hari 2 malam. Seolah membayar perjalanan-perjalanan solonya, liburan ini kami dibawa ke Pulau Bintan, salah satu Pulau di gugusan Kepulauan Riau dimana kota Tanjung Pinang sebagai ibukotanya terletak di pulau ini. Untuk menuju kesana memerlukan waktu 1 jam 30 menit di udara. Dengan pertimbangan waktu sekolah dan waktu kerja akhirnya kami memilih 11,12 dan 13 November 2016. Pilih2 maskapai yang cocok lebih ke pertimbangan ekonomis dan waktu keberangkatan. Buat anak-anak, ini pengalaman pertama mereka terbang, jadi apapun maskapainya mereka terlihat excited, senang-senang saja...
Berangkat pukul 4 pagi dari rumah dengan memperhitungkan waktu perjalanan ke bandara dan waktu untuk check in, lebih baik menunggu daripada terlambat kan? (ini kata blogger kita :)). Perjalanan menuju bandara lancar, ticketing, check in, bagasi, dan jam 7 kami sudah di boarding room, masih sempat sekedar meluruskan kaki sambil merem-merem ayam (ada yg bogan, boboganteng juga) karena pesawat masih 2 jam lagi. Tidak lupa men-charge alat komunikasi dan  baterai di stop kontak yang tersebar di sekitar boarding room supaya urusan dokumentasi lancar.
Akhirnya pesawat yang kami tunggu tiba tepat waktu. Seakan bergerak cepat, dalam waktu singkat pesawat sudah berjalan menuju run way dan mulai menggeram bersiap mengudara. Saya komat-kamit berdoa, anak-anak tak lepas sejak tadi memandang keluar jendela seolah tak ingin kehilangan momen pertama mereka terbang. Dan dengan sekali hentakan pesawat mengudara, mulai membelok kiri-kanan hingga tanda lampu seatbelt mati dan pesawat meluncur tenang.



Anak-anak yang duduk di jendela memandang keluar sejak tadi. Kepulauan seribu mulai hilang dari pandangan berganti lautan, awan cukup tebal menutup pemandangan dibawahnya, cuaca hari itu memang kurang baik, bahkan sebelum mendarat pesawat kami melewati awan hujan dan membuat pesawat bergetar lampu seatbelt menyala dan para pramugari yang sejak tadi lalu lalang menjajakan makanan dengan segera duduk dan mengikatkan diri ke kursi.
Setelah agak khawatir melihat air hujan membasahi jendela pesawat, akhirnya kami mendarat juga di Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah - Tanjung Pinang. Raja Haji Fisabilillah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah atas jasa beliau dalam memerangi Belanda. Jika kita lihat sejarah keluarganya, ternyata masih seketurunan dengan Sultan Selangor, Malaysia. Itu cerita tentang Raja Haji Fisabilillah. Cerita tentang kami yang turun dari pesawat disambut dengan hujan dan bau amis berlanjut, ternyata jika musim angin Utara cuacanya seperti itu. Koper yang kami simpan di bagasi sampai basah karena hujan. Ilham mulai naik ke troli bersama koper kami. Tanpa tunggu lama, keluar pintu bandara sudah ada yang menjemput. Rupanya perjalanan kami masih jauh..

Comments

Popular Posts