Bertemu Rizal Ramli

Bekerja di sekolah paling tua salah satu keuntungannya adalah memiliki alumni yang banyak dan rata-rata sangat sukses di bidangnya masing-masing. Seperti hari ini kami kedatangan alumni yang merayakan 50 tahun kelulusannya atau lulus tahun 1969, saya belum lahir.

Semesta'69, Alumni SMPN 1 Bogor tahun 1969, Golden Jubilee.
Ada sekitar 30 orang alumni yang berkesempatan hadir hari ini. Setelah disambut secara resmi oleh Kepala Sekolah lalu secara tidak resmi kami para guru dapat kesempatan juga untuk berinteraksi. Dari pembicaraan dengan orang-orang hebat yang rata-rata telah pensiun ini banyak ilmu yang bisa kami dapat. Tentang keuangan dan perbankan, beliau yang pernah bekerja di bank negara Indonesia cabang-cabang luar negeri, yang pernah bekerja di imigrasi (di luar negeri juga), bidang pariwisata (keliling dunia), yang hobi merajut seperti saya dan ada pula yang memiliki pesantren dan dipanggil ustadz oleh teman-temannya.

Beliau-beliau yang hebat dan pernah bersekolah di SMP tempat saya bekerja. Didaulat untuk berbicara di hadapan murid kelas 9 ada Rizal Ramli, yang ternyata merupakan salah satu alumni yang berkunjung hari itu. Dr. Ir. Rizal Ramli, M.A mengawali jabatannya di pemerintahan sebagai Kepala Badan Urusan Logistik, Menteri Koordinator bidang Perekonomian serta Menteri Keuangan pada masa pemerintahan Gus Dur. Pada masa pemerintahan Jokowi sempat menjadi Menteri Koordinator bidang Kemaritiman. Banyak prestasi yang diukir pada tiap jabatan namun pada jabatan terakhir di era Jokowi, walaupun mendapat skor kinerja tertinggi dari setidaknya 6 lembaga survei, Rizal Ramli dianggap kontroversi karena sering melontarkan kritik terhadap hal yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan bangsa dan negara. Kritik yang belakangan mendapat apresiasi yang tinggi. Beliau pernah kuliah di ITB jurusan fisika dan memperoleh doktor bidang ekonomi di universitas Boston.

Kecerdasan dan sikap kritis beliau sudah muncul sejak beliau masih muda. Di SMP beliau dikenal tidak pernah belajar tetapi selalu mendapat nilai bagus. Ini cerita yang saya dapat dari teman-teman seangkatannya. Bacaannya malah komik, katanya. Lalu pernah pula dipenjara karena kritikan beliau di era Soeharto saat beliau jadi mahasiswa. Sosok seperti beliau ini adalah murid idaman buat saya, konsisten dengan keyakinannya, cerdas, visioner tidak takut karena menyuarakan yang benar dan tidak pelit ilmu. 

Hal-hal yang beliau sampaikan untuk menghadapi era 4.0 diperlukan manusia-manusia 4G. Yang pertama God Will. Maksudnya dalam mengerjakan apapun harus dengan izinNya, mengandung keberkahan dan keikhlasan. G yang lain adalah Gesit-Gesit-Gesit. Dalam menangkap peluang kita harus GerCep atau gerak cepat. Jangan menunggu karena esok mungkin kesempatan itu akan hilang. Dalam berpikir kita harus gesit otak. Cari langkah penyelesaian masalah yang singkat dan tidak biasa. Bila bisa diselesasikan dalam 4 langkah, misalnya, tidak perlu menempuh 10 langkah yang biasa. Ini mungkin rahasia beliau kenapa tampak tidak pernah belajar tapi nilai selalu bagus. Tidak ada salahnya untuk berpikir out of the box, diluar yang biasa. Lalu gesit tangan yang artinya cekatan dalam mengerjakan setiap pekerjaan.

Satu hal  lagi yang beliau sampaikan dalam melakukan sesuatu sesuai passionnya atau sesuatu yang akan dilakukan dengan tanpa rasa bosan dan mengorbankan apapun untuk memperolehnya tanpa memikirkan untung atau rugi. Jika bekerja dalam passion nya dipastikan hasilnya pasti akan yang terbaik. Beliau mengakui bahwa di Indonesia tidak semua orang cerdas diapresiasi dengan baik. Hal ini bisa mematikan passion karena merasa tidak dihargai. Saran beliau adalah tetap kerjakan sesuai kemampuan dengan kesabaran dan God Will pada saatnya kerja keras kita akan mendapat apresiasi yang sepantasnya.

Muncul pertanyaan murid kelas 9 tentang bagaimana menemukan passion dan bagaimana menghadapi saat diharuskan mencapai sesuatu yang bukan passionnya. Menemukan passion itu memang tidak mudah, perlu kesabaran dan upaya terbaik yang tidak kenal menyerah. Ketika muncul tuntutan untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik di bidang yang tidak disukai perlu pertimbangan baik buruknya untuk diri sendiri dan lingkungan. Ternyata hal ini pernah terjadi pada anak perempuan beliau yang tidak ingin melanjutkan pendidikan di ITB jurusan mesin dan ingin memilih jurusan lain yaitu pendidikan. Dengan besar hati beliau menerima keputusan anaknya dan diberi dukungan penuh sehingga berhasil di jurusan matematika yang dia pilih dan menjadi dosen di fakultas pendidikan sebuah universitas di Jakarta.

Guru dan Murid vise versa :)
Yang paling menarik saat beliau menjawab pertanyaan saya menyikapi pernyataan-pernyataan di medsos tentang pembuktian bahwa ucapan seorang guru yang salah karena menganggap anak didiknya tidak akan pernah kuliah ternyata cum laude, yang disebut tidak akan lulus SMA ternyata menjadi TNI dan sebagainya. Bagaimana seharusnya menjadi seorang guru yang dapat memotivasi secara tidak langsung murid-muridnya untuk maju sesuai pengalaman beliau.

Secara gamblang beliau menjelaskan bahwa menjadi guru galak, judes, bawel dan yang tidak disukai murid adalah sesuatu yang mungkin terbaik karena dunia yang akan dihadapi bukan dunia yang penuh kebaikan, dunia yang lembek atau dunia yang selalu memberikan apa yang kita inginkan. Perlu perjuangan keras yang dilatih dengan menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan di sekolah. Beliau pernah diberi kata-kata yang kurang enak dari guru matematika saat SMA dan dibuktikan dengan memperoleh nilai 100 sehingga gurunya tidak mengatakan beliau bodoh lagi. Guru baik juga perlu untuk memberikan keramahan dan kenyamanan sehingga murid menjadi tenang. Intinya semua karakter perlu dikenalkan untuk belajar bagaimana cara menghadapinya. Semakin banyak karakter guru, semakin baik untuk mendidik karakter murid. GREAT!

Di akhir acara saya berkesempatan untuk memberikan buku yang pernah saya tulis sebagai apresiasi terhadap ilmu yang beliau berikan. Terimakasih Rizal Ramli dan angkatan 1969. semoga bapak/ibu selalu diberi kesehatan dan berkah dalam kegiatan sehari-hari, Aamiin.


sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Rizal_Ramli
https://www.finansialku.com/passion-adalah/
https://id.linkedin.com/in/dhitta-puti-sarasvati-26445527
Pic. By @fajar18assidiqi

Comments

Fajar said…
This comment has been removed by the author.
Michelle Lee said…
Thank you pak Fajar ☺

Popular Posts