Singapura; Esplanade, durian yang super besar vs buah durian.

Singapura menggeliat sangat cepat. Pembangunan terlihat di setiap bagian kota (atau negara). Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan kegiatan pariwisata yang menjadi salah satu andalan negeri Singapura.

Untuk menonton konser musik, orkestra, Singapura punya Esplanade. Sebuah pusat budaya dimana tersedia mulai dari hall berkapasitas 2000 tempat duduk, gedung pertunjukan terbuka, roof terrace dengan pemandangan ke arah marina bay, perpustakaan, food court and of course shooping mall. Bentuknya yang mirip potongan buah durian membuat esplanade juga dikenal dengan nama 'durian'.
Tapi yang membuat saya terkesan adalah "the tunnel". Jalur jalan kaki di bawah Esplanade yang menghubungkan Esplanade dengan stasiun MRT di raffles city dan 5 mall besar termasuk orchad.

Tapi pengalaman dengan buah durian (yang sesungguhnya) membuat saya sedikit malu. Kesukaan saya akan durian memang luar biasa. Tak ada buahnya, setiap ada makanan rasa durian menjadi pilihan utama. Saat berwisata ke Bugis, toko buah menawarkan harga yang sangat murah untuk buah durian yang ranum kuning menggoda. Belum lagi aromanya yang tajam menggelitik hidung. Entah karena memang aromanya demikian atau karena pengaruh keadaan suhu dan lain-lain, aroma buah durian di Singapura terasa lebih menusuk.

Bukan main sukanya hati saya dan teman saat diberi 2 box durian yang masing-masing berisi 6 biji buah durian. Sampai di hostel dengan tidak sabar saya buka dan dinikmati dengan santai di kamar. Entah bagaimana rupanya bau durian yang tajam tercium sampai luar kamar dan kebetulan 3 orang admin hostel sedang memperlihatkan kamar kepada tamu baru di sebelah kamar saya. Hati saya agak tidak enak juga dan tak berapa lama pintu kamar saya diketuk.

"Are you eating durian in your room?", sang admin bertanya apa saya makan durian di kamar, baunya memang tajam sekali, ngga mungkin berkelit lagi.
Sambil sedikit takut (didenda) saya jawab;
"Yes..yes.. but I'm sorry i didn't know that its not allowed...what should I do?" sambil memperlihatkan muka yang sedikit memelas.
Admin tadi jadi kehilangan kata-kata, temannya lalu berkata:
"The smell is very strong, I'm afraid that nobody wants to rent this room," sambil mukanya ga enak dilihat.
Dalam hati kenapa ga sekalian memasang gambar durian dicoret seperti gambar rokok dicoret untuk NO SMOKING IN THE ROOM yang tertempel di balik pintu kamar.
Otak kreatif saya jalan lagi,
"Gini lah mister.. I'll still be here for 5 days, so the smell will be gone laahh.. i will open the door and windows to remove the smell.." mukaku tetep tanpa dosa. Brina (salah satu murid yang kebetulan sedang ada di kamar saya) sampai cengar cengir melihat kesialan saya.
Rupanya sang admin jatuh kasian juga;
"do you still have the durian?" dia tanya lagi, dan cepat saya jawab: "NO NO NO," (memang duriannya sudah habis saya santap).
Dia lalu berkata lagi;
"Next time if you want to eat durian please do outside the room ya.. in the open air," kira-kira begitu caranya untuk meminta jika lain kali saya ingin makan durian harus dilakukan di udara terbuka. Setelah itu pergilah sang admins tadi.

Sambil masih sedikit tegang saya langsung sms teman di kamar lain untuk segera mengenyahkan sisa buah durian di kamarnya takut kalau para admin tadi akan lewat juga ke depan kamarnya. Dan malam itu saya tidur dengan jendela nako yang terbuka semua.

Rupanya teman saya lebih beruntung, malam itu dia tidak kena tegur gara-gara durian. Tapi entah karena sisa durian yang masih ada atau karena memang ada buah durian, saat masuk bis yang akan mengantar kami ke sekolah bau durian menyeruak begitu tajam. Langsung mata saya melirik curiga pada ransel teman saya,
"Pak, duriannya belum habis?" saya bertanya sambil menatap ranselnya penuh curiga.
"Belum, ini saya bawa di tas," dengan polos teman saya mengaku.
"Buang..buang.. Pak, di bis juga ga boleh bau duren kayak gini!" aku berkata sambil sedikit berbisik takut ketahuan sang driver bis. Sontak teman saya melompat turun lagi dari bis dan membuang kotak duriannya yang masih tersisa. Sayang memang, tapi apa mau dikata, tanah orang lain, kultur dan kebiasaannya juga berbeda. Sebagai tamu kita sebaiknya manut agar tidak terjadi salah paham.

Saya ceritakan pengalaman ini ke Mr. Shaheful, guru dari Hua Yi yang hari itu menemani kami tour setelah pulang sekolah. Saat tiba di Marina Bay kami turun untuk mengambil gambar merlion yang beberapa hari lalu sedang mandi. Saya terpisah dari Mr. Shaheful dan tiba-tiba 2 orang murid saya mendekat sambil menyerahkan eskrim yang bentuknya seperti potongan kue bolu sambil berkata,
"Miz, ini dari pak Shaheful."
Warnanya kuning, aromanya... DURIAN!! lalu pandangan saya menyapu mencari teman saya, ternyata di tangannya sudah ada potongan eskrim yang serupa, tampangnya kaget sambil geli. Rupanya dia masih trauma dengan kejadian durian saya. Takut tiba-tiba dia didatangi polisi dan mengambil eskrim duriannya.
'Masih mending kalo cuma diambil, kalo harus bayar, Begimana??' (teman saya setelahnya bercerita rupanya dia betul-betul takut kena denda :))

Lalu pandangan saya mencari Mr. Shaheful yang dari jauh tampak cengar-cengir mentertawakan kekonyolan kami... Jail betul...*_*

Comments

Popular Posts