Chapter 4 - Dunia Kampus UB

Jam menunjukkan pukul 14.00. Saatnya perjalanan menuju kampus UB. Karena lokasinya cukup jauh, kami langsung menuju Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) di Jalan MT. Haryono. Seperti yang sudah diperkirakan, kami disambut kemacetan di berbagai titik saat memasuki kota Malang. Namun, beruntung, suami kawan saya adalah pengemudi yang sabar. Kami pun menikmati kemacetan itu dengan bercerita dan tertawa—berbagi kisah lucu tentang kehidupan kami dulu dan sekarang.

Kami tiba di kampus UB sekitar pukul 16.15 dan memarkir mobil di depan UB Coffee, tak jauh dari sebuah toko kelontong yang dulu sering saya kunjungi—dan ajaibnya, masih berdiri hingga kini. Udara mendadak terasa romantis, ditambah suasana sejuk pascahujan yang menyelimuti seluruh kawasan. Rasanya seperti kembali ke masa-masa kuliah di tahun 90-an.

Tanpa membuang waktu, kami segera memesan minuman dan sepiring Caesar salad serta potato wedges platter, lalu memulai eksplorasi kampus. Kami berfoto di berbagai sudut yang dulu pernah saya singgahi, meski tidak sempat mengunjungi Gedung Rektorat yang ikonik karena hari mulai beranjak sore. Saya terkesima melihat perkembangan kampus yang kini begitu besar dan padat. Dulu, masih banyak tanah kosong dan jalanan lebar yang lengang—sekarang, UB dikelilingi gedung-gedung tinggi. Tanda bahwa kampus ini makin diminati dan dipercaya.


Saya menarik napas panjang, seolah ingin menyimpan setiap butir kenangan tentang kerja keras yang dulu pernah saya lakukan di tempat ini. Saya memejamkan mata, membiarkan sensasi ilmu dan pengalaman menyusup ke pori-pori dan ujung jari. FIA-UB adalah tempat saya belajar bahwa hidup tidak hanya hitam atau putih—ada banyak ruang abu-abu yang menantang dan mendewasakan.

               
Sore itu kami tutup dengan menyeruput segelas soda gembira dan menghabiskan salad. Mata saya kemudian tertuju pada sebuah sweater hijau tua dengan tulisan “Universitas Brawijaya” yang tergantung di salah satu rak. Tanpa pikir panjang, saya langsung membelinya—sebuah cara untuk menyimpan kenangan secara nyata.


UB, tunggu saya kembali dengan rindu yang sama dan kenangan yang semakin merekah. 

Comments

Popular Posts