Chapter 5 - Teman Saya Datang
Namanya Tarie. Kami
biasa memanggilnya “Mak” atau “Emak,” karena di kantornya, anak buahnya
memanggilnya begitu. Ia adalah teman saya sejak SMP dan kini menjadi teman
jalan yang paling seru. Awalnya, ia berniat menginap di hotel, terpisah dari
saya. Namun, kawan saya di Lawang bersikeras agar dia menginap di rumahnya
saja. Selain memudahkan mobilisasi, dia juga ingin mengenal lebih dekat teman
saya itu. Akhirnya, pada hari Minggu itu, saya menjemputnya di tempat yang sama
dengan tempat saya turun dari bus kemarin. Terlambat 2
jam dari waktu yang seharusnya. Begitulah jika naik bus, waktu keberangkatan
atau kedatangan bisa tidak tepat tergantung penuh tidaknya jalan atau banyaknya
tempat yang dikunjungi entah untuk mengambil paket titipan atau hal lain.
Teman saya, Mak Tarie,
langsung terkesima melihat pemandangan dari depan kamar kami. Seperti saya
kemarin, ia langsung sibuk mengabadikan lanskap pagi itu. Kami sepakat bahwa
rumah kawan saya adalah gambaran rumah impian untuk masa pensiun: halaman yang luas,
udara yang sejuk, pemandangan yang menyejukkan mata, dan suasana hidup yang
tenang—benar-benar slow living.
Saya akan sertakan beberapa tangkapan kamera Mak Tarie yang menurut saya sangat berbakat dalam menggambarkan sudut-sudut terindah Villa Tawang Sari.


Comments